Sepatu Diabetes Untuk Kenyamanan dan Keamanan Diabetesi saat Berjalan untuk #indonesiaProduktif

“Berjalan was-was, takut kalau ada kerikil atau batu yang kalau tersandung di kaki sehingga akan luka, luka akan terus meluas”
“Berjalan was-was, takut kalau ada genangan air sampai masuk ke kaki sehingga luka semakin bau”
“Berjalan was-was, takut kalau banyak yang “meledek” karena kaki yang bau, bengkak, dan luka”

Perasaan tersebut selalu menghantui tetangga saya yang terkena penyakit Diabetes Mellitus. Ibu itu trauma karena kakinya sempat tersandung batu hingga saat ini luka dan berbau, tidak ketahuan kapan tersandungnya, yang jelas langsung saja ketahuan saat akan tidur, yaitu nampak ada luka yang dicium berbau. Biaya yang dikeluarkan untuk kaki tersebut tidak murah, perlu waktu 2 minggu untuk memulihkan kaki tersebut agar terawat. Kalau mau berangkat ke pasar pun sedikit terjadi kekhawatiran karena pasar yang becek dan juga sering terinjak oleh orang lain. Kalau ibu itu tidak ke pasar karena takut kakinya keinjak, lalu akan makan apa keluarga mereka.

Siapa sih yang tidak tahu penyakit Diabetes Mellitus, penyakit menahun yang memang tidak dapat disembuhkan tapi dapat dikendalikan yaitu dengan olahraga, diet yang baik, edukasi, dan farmakologis.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Indonesia tahun 2003 penduduk Indonesia yang berusia di atas 20 tahun sebesar 133 juta jiwa. Angka yang tidak sedikit, saat ini tidak hanya “orang tua” saja yang terkena penyakit ini tapi anak kecil, remaja dan usia produktif juga bisa terkena penyakit ini.
Lalu, kembali ke cerita tetangga saya, apa sih yang sebenarnya terjadi pada ibu itu? Kenapa kok ngomongin masalah kaki?

Terjadinya neuropati pada seorang DM yaitu saraf sangat lemah untuk merasakannya rangsangan, termasuk rangsang sakit dan kaki adalah bagian yang paling jauh dari mata sehingga kalau luka akan lama untuk ketahuan, gak kerasa juga kok kalau sakit. Dan juga perbaikan sel pada DM itu agak lama, sehingga kalau luka ya lama apalagi pada kaki yang sangat berat mengangkat beban tubuh. Bagi usia produktif yaitu 18-44 tahun, kekhawatiran akan terjadinya luka meluas karena pada usia yang aktif tapi sedikit tersendat karena takutnya kalau terjadi luka.

Luka itu kalau dalam medis diistilahkan “ulkus”, luka berbau pada permukaan kulit yang merupakan komplikasi tersering pada seorang DM. Nah, kejadian komplikasi ini adalah 15% dari penderita dan juga besarnya angka amputasi karena ini adalah sebesar 30%. Mantep juga kan ya? Dan juga uang yang harus dikeluarkan untuk merawat kaki adalah sebesar 1,3 juta per bulan. Angka yang cukup tinggi dibandingkan dengan pendapatan orang Indonesia.

Terdapat penelitian bahwa salah satu faktor terjadinya ulkus adalah penggunaan alas kaki yang salah. Sehingga, memang dianjurkan bagi penderita diabetes untuk menggunakan alas kaki untuk menghindari terjadinya perlukaan. Perlu rancangan alas kaki khusus untuk seorang DM, alas kaki yang dapat menyesuaikan bentuk luka, besarnya bengkak, dan juga kenyamanan.

Dengan alas kaki yang tepat,

Mereka tidak perlu lagi khawatir untuk berjalan.
Mereka akan memiliki rasa nyaman dan aman saat berjalan dan mereka akan kembali produktif.
@idberjalan

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More