Pentingnya Deteksi Dini Diabetes Pada Anak





JAKARTA, KOMPAS.com - Deteksi dini diabetes mellitus tipe 1 (DM tipe 1) merupakan hal penting yang harus dilakukan untuk menghindari kesalahan atau terlambat diagnosis yang dapat mengakibatkan kematian. DM tipe 1 yang menyerang anak sering tak terdiagnosis karena gejala awalnya tidak jelas dan pada akhirnya sampai pada gejala lanjut dan dan traumatis seperti mual, muntah, nyeri perut, sesak napas, dan koma.
"Dengan deteksi dini, pengobatan dapat dilakukan sesegera mungkin terhadap penyandang diabetes mellitus sehingga menurunkan risiko kecacatan dan kematian," kata dr. Aman Bhakti Pulungan, SpA (K), Ketua Perhimpunan Ahli Endokrinologi Anak Asia Pasifik, Kamis, (21/7/2011), di Jakarta.
Menurut Aman, diabetes pada anak merupakan satu masalah kesehatan yang paling serius di abad ini dan sebenarnya sudah menjadi masalah dunia lebih dari 25 tahun. Diabetes tipe 1 pada anak bukan hanya masalah gen, melainkan juga faktor lingkungan, pola makan dan aktivitas. Oleh karena itu, deteksi dini dan penanganan yang tepat sangat diperlukan.
"Masyarakat harus waspada terutama bagi orang tua yang anaknya menunjukkan gejala-gejala seperti sering buang air kecil, sering haus, cepat capek, berat badan turun," tegasnya.
Aman menjelaskan, deteksi dini dapat dilakukan dengan memeriksa anak yang mengalami gejala klinis dengan ciri-ciri khas DM tipe 1 serta melakukan pemeriksaan gula darah. Tes ini dapat membantu memastikan diagnosis diabetes pada anak.
Kadar gula darah normal pada anak sama dengan kadar gula yang normal orang dewasa, yaitu gula darah puasa kurang dari 126 mg/dl atau gula darah sewaktu kurang dari 200 mg/dl.
Sampai saat ini, kata Aman, belum diketahui secara pasti berapa angka kejadian DM tipe 1, karena data statistik yang tidak cukup memadai. Tetapi, berdasarkan hasil pendataan pasien di seluruh Indonesia selama dua tahun (2008-2010), yang dilakukan oleh Unit Kelompok Kerja (UKK) Endokrinologi Anak, diketahui bahwa ada 674 pasien DM tipe 1. Padahal, pada penelitian awal yang dilakukan tahun 2008, hanya 156 pasien penderita DM tipe 1.
Angka ini menurut Aman, telah meningkat hingga 400 persen, dan perlu segera menjadi perhatian. Penting pula untuk dicatat adalah, bahwa anak dengan DM tipe 1 yang mengalami komplikasi, dapat memiliki gejala mirip dengan gejala usus buntu seperti sakit perut, sesak napas, muntah, dan koma. Bahkan, seringkali gejala ini disalahartikan oleh orang tua maupun tenaga kesehatan sebagai penyakit usus buntu dan infeksi.
Kelalaian dalam diagnosis penyakit DM tipe 1 kata Aman, menyebabkan penanganan yang tidak sesuai dengan penyakitnya, yang pada akhirnya dapat menyebabkan kematian. "Orang tua harus mewaspadai hal ini, karena anak-anak penyandang DM tipe 1 rentan terhadap komplikasi penyakit seperti hiperglikemia dan hipoglikemia," imbuhnya.
Menurut Aman, DM tipe 1 bisa terjadi pada anak tanpa memandang usia. Data yang terkumpul di UKK Endokrin Anak saat ini menunjukkan bahwa anak Indonesia paling banyak terdiagnosis DM tipe 1 pada usia 10-15 tahun. Pengelolaan DM tipe 1 merupakan satu sistem komprehensif yang meliputi pemberian insulin, pengaturan makan, olah raga, pemantauan rutin (monitoring) dan edukasi. Disamping itu, penyandang DM tipe 1 harus tetap melakukan kontrol secara rutin.
"Kontrol merupakan hal penting yang harus dilakukan. Walaupun diabetes tipe 1 sampai ini belum dapat disembuhkan, tetapi kualitas hidup penderita dapat dipertahankan seoptimal mungkin dengan kontrol yang baik," tandasnya.
Diabetes tipe 1 merupakan penyakit autoimun di mana sistem pertahanan tubuh secara alami menghancurkan bagian tubuh lain. Dalam kasus DM tipe 1, sistem tubuh menyerang dan merusak sel-sel yang memproduksi hormon insulin, sehingga pankreas tidak bisa memproduksi hormon insulin. Insulin adalah hormon penting yang berperan dalam menjaga keseimbangan gula dalam tubuh.

sumber

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More